Merajut Asa Anak Jalanan Melalui Pendidikan dan Pemberdayaan Berbasis Lingkungan
Kegiatan Pengajaran Tingkat Sekolah Dasar (Dok.Yayasan Indonesia Hijau)
Isu mengenai citra anak jalanan yang lekat dengan kriminalitas, putus sekolah, dan rantai kemiskinan menjadi latar belakang Riha Ahzarina dan rekan-rekannya dari Yayasan Indonesia Hijau mendirikan Rumah Peduli. Rumah Peduli merupakan sekolah informal yang diperuntukan untuk anak-anak jalanan dan anak pemulung dengan tujuan memutus rantai kemiskinan melalui pemberdayaan dan pendidikan. Di Rumah Peduli Riha dan para relawan memfokuskan kegiatan pendidikan untuk sekolah kejar paket B dan C bagi anak-anak yang tinggal di lapak pemulung di Kebagusan, Jakarta Selatan.
Kegiatan sekolah kejar paket juga masuk ke dalam agenda Riha untuk Breakthrough Project (implementasi kegiatan) sebagai pemenang ke 2 program LEAD Indonesia 2019.
Dari hasil wawancara melalui pesan singkat, Riha menceritakan keikutsertaan anak-anak jalanan dan pemulung untuk sekolah di Rumah Peduli adalah atas inisiatif dari mereka yang ingin sekali tetap bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak walau dalam keterbatasan. Relawan Yayasan Indonesia Hijau di bantu para donatur juga dengan senang hati mendukung pendidikan anak-anak tersebut.
“Selain dukungan donatur berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di Rumah Peduli tak lepas dari peran relawan yang didominasi para mahasiswa dari kampus-kampus di Jabodetabek,” Riha menambahkan.
Tercatat 10 anak yang dibina berhasil lulus ujian kejar paket B dan C pada bulan April 2020. Dari awal berdirinya di tahun 2017, Rumah Peduli telah meluluskan 35 anak untuk kejar paket B dan C. Untuk proses belajarnya, dibutuhkan kurang lebih 4 bulan dari mulai belajar, persiapan ujian, simulasi ujian sampai dengan ujian akhir.
Foto adik-adik saat mengikuti simulasi ujian paket B (Dok.Yayasan Indonesia Hijau)
Selain kegiatan belajar formal, di Rumah Peduli anak-anak jalanan dan pemulung juga diajari membuat kerajinan tangan dari limbah barang bekas. Hasil kerajinan tersebut nantinya dijual dan uang yang dihasilkan dibagikan untuk uang saku anak-anak tersebut.
Tak hanya anak-anak, pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari limbah barang bekas ini juga melibatkan ibu-ibu yang tinggal di lapak pemulung. Riha juga membantu pemberdayaan para ibu agar lebih mandiri secara ekonomi.
“Biasanya kalau ibu-ibu ini terlibat dalam pembuatan kerajinan tangan ketika ada order pembuatan suvenir kerajinan dalam jumlah banyak,” cerita Riha.
Kemudian tim BCF menanyakan apa tantangan dan suka duka yang dialaminya selama membina Rumah Peduli.
“Tantangannya lebih menyiapkan kesehatan fisik untuk bolak-balik mengurus keperluan ujian terkait dengan data diri adik-adik. Kemudian untuk sukanya, Alhamdulillah sangat bangga melihat semangat adik-adik untuk melanjutkan pendidikan, sehingga kami para relawan dan donatur pun ikut semangat memberikan dukungan kepada adik adik walaupun harus menguras waktu dan tenaga di dalam persiapan ujian mereka.” Ujar Riha.