Mendukung Kampanye Imunisasi MR
Oleh: Sapriadi Saleh
(Alumni BGF dari Universitas Hasanuddin)
Seiring dengan meningkatnya ancaman akan berbagai penyakit membuat berbagai negara mempersiapkan dirinya dalam mencegah wabah penyakit. Salah satu langkah dilakukan pelbagai negara, termasuk di Indonesia adalah melalui gerakan vaksinasi atau imunisasi.
Gerakan vaksinasi bukanlah hal yang baru dilakukan oleh pelbagai negara belahan dunia, gerakan ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Vaksinasi dianggap sebagai salah satu pencegahan penyakit yang efektif dan efisien, sebab dengan vaksinasi dapat menekan terjadinya wabah penyakit menular.
Di Indonesia sendiri tahun 2018, pemerintah kembali melangsungkan kampanye imunisasi Measles Rubella (MR). Kampanye ini merupakan fase kedua, berlansung secara serentak dimulai pada 1 Agustus – September 2018, di seluruh pulau Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Fase pertama sebelumnya telah dilaksanakan tahun 2017 di Pulau Jawa.
Kampanye Imunisasi MR merupakan kegiatan imunisasi massal yag dilakukan oleh Kementrian Kesehatan sebagai salah satu upaya pencegahan penularan penyakit Campak dan Rubella di masyarakat dengan cara pemberian vaksin MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan usia kurang dari 15 tahun. Langkah ini, dianggap efektif dan efisien untuk memberikan kekebalan tubuh anak sebagai upaya pencegahan penyakit menular yaitu campak dan rubella.
Penyakit campak dan rubella merupakan penyakit yang sangat mudah menular. Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Dengan gejala demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit, batuk dan pilek dan sangat berbahaya apabila disertai dengan pneumonia, diare, miningitis dan bahkan dapat mengancam kematian.
Sedangkan penyakit rubella adalah penyakit menular yang menginfeksi anak dan dewasa muda dengan gejala demam ringan, bercak merah disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, dan leher belakang dan rubella sangat berbahaya bagi wanita hamil karena dapat menyebabkan kematian janin (sumber: buku juknis kampanye imunisasi MR, Kemenkes 2017)
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Dalam buku teknis pelaksanaan kampanye imunisasi MR yang diterbitkan oleh kementrian kesehatan tahun 2017, dikemukakan bahwa vaksin MR adalah vaksin yang sangat aman, namun seperti sifat setiap obat memiliki reaksi simpang. Reaksi simpang yang mungkin terjadi adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi suntikan dan reaksi sistemik berupa ruam, demam, dan lemas dan reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Reaksi ini merupakan reaksi ikutan pasca imunisasi.
Walaupun reaksi simpang tersebut sembuh dengan sendirinya, namun tidak sedikit orang tua yang pernah membawa anaknya imunisasi menyatakan bahwa hal tersebut adalah suatu pengalaman buruk. Pengalaman yang dianggap buruk oleh masyarakat tersebut membuat mereka enggang kembali untuk memberikan imunisasi pada anak mereka, bahkan pengalaman ini, diceritakannya kepada keluarga dan masyarakat yang lain hingga menimbulkan keraguan akan manfaat vaksin. Ada beberapa orang tua menyatakan bahwa pemberian vaksin melalui imnuisasi bukannya membuat anak sehat, tapi malah mendapatkan penyakit baru.
Tidak dapat dipungkiri, adanya efek samping dari reaksi vaksin tersebut, membuat masyarakat khawatir akan efek tersebut. Atas pengalaman yang dirasakan oleh masyarakat, tentunya menjadi perhatian petugas kesehatan dilapangan agar dapat menuntaskan kesalahpahaman sebagian masyarakat, dengan memberikan penjelasan dan informasi secara baik dan tuntas. Karena mungkin saja, kehawatiran masyarakat akibat informasi yang didapatkan tidak jelas baik sebelum maupun pasca imunisasi.
Sangatlah diperlukan pemberian informasi yang jelas, apalagi ditahap pertama kampanye imunisasi MR di laksanakan di sekolah-sekolah, jangan sampai orang tua atau keluarga kaget dengan adanya efek simpang pasca imunisasi tersebut. Termasuk prosedur penanganan efek simpang apabila efeknya mengkhawatirkan, kapan dan dimana dilaporkan, inilah yang paling perlu disebarluaskan ke masyarakat.
Kontroversi Vaksinasi
Meskipun pemberian vaksin dirasakan manfaatnya karena dapat menekan dan mengeliminasi pelbagai wabah penyakit, ternyata tidak serta merta membuat vaksin mulus diterima dalam masyarakat secara merata. Adanya penolakan dari beberapa masyarakat, dimana penolakan tersebut muncul, karena kontroversi akan kandungan dan manfaat vaksin tersebut.
Keraguan berkembang dimasyarakat dengan menganggap vaksinasi sebagai sesuatu yang tidak perlu dan cukup berbahaya bagi anak. Banyak orang tua menolak untuk melakukan vaksinasi terhadap anak mereka. Keraguan vaksin semakin besar dengan meningkatnya kampanye anti-vaksin di pelbagai belahan dunia termasuk di Indonesia, baik melalui kampanye lansung maupun melalui internet.
Pelbagai anggapan, menyatakan bahwa vaksin mengandung bahan berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai penyakit baru. Alasan yang paling sering ditemukan pada masyarakat adalah bahan yang ada dalam vaksin akan memicu penyakit seperti autisme, cacat fisik dan lainnya.
Alasan lain adalah kekhawatiran dalam vaksin mengandung bahan-bahan yang haram. Walaupun sebenarnya masalah ini sudah dijawab oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memperbolehkan digunakannya vaksin tersebut sepanjang belum ada bahan lain yang dapat menggantikannya.
Bukti-bukti ilmiah tentang manfaat vaksin sudah begitu banyak. Beragam data terpercaya menunjukkan bahwa bila angka cakupan vaksinasi menurun maka wabah penyakit akan muncul. Dapat kita bayangkan betapa mengerikannya pandangan anak-anak berjalan pincang akibat salah satu kakinya mengecil terserang virus polio.
Demikian juga kekhawatiran akan radang otak yang mewabah di masyarakat. kekhawatiran wabah TBC yang pernah melanda Indonesia di era tahun 80 an. Belum lagi kasus KLB difteri tahun 2017 mengakibatkan 32 orang meninggal dunia.
Saya yakin, kita semua tidak mengharapkan terjadi pada anak-anak kita. Maka, uuntuk itulah mari kita semua mendukung kampanye imunisasi MR dengan membawa dan mengajak anak kita untuk mendapatkan vaksin MR, begitupun dengan pemberian imunisasi lainnya.
Harapannya adalah dengan imunisasi, dapatlah kita menyelamatkan dan menyiapkan generasi sehat dan berkualitas, yang menjadi generasi pelanjut kedepan. Amin.