https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Masyarakat Sehat Sriwijaya Tampilkan Inovasi Aquaponik untuk Dukung Eliminasi TBC dan Ekonomi Warga Palembang

Masyarakat Sehat Sriwijaya hadirkan solusi dua arah, sembuhkan TBC sekaligus bangkitkan ekonomi lewat aquaponik. Foto: istimewa--

SUMATERAEKSPRES.ID — Masyarakat Sehat Sriwijaya (MSS) menorehkan kontribusi penting dalam Konferensi Nasional Campus Leaders Program (CLP) Batch 10 yang diselenggarakan oleh Bakrie Center Foundation (BCF).

Dalam forum bertema “Pelibatan Aktif Pemuda dalam Percepatan Pencapaian SDGs Indonesia”, MSS menampilkan prototipe program pemberdayaan ekonomi berbasis aquaponik terpadu yang dirancang sebagai solusi multiperan: mengatasi tuberkulosis (TBC) sekaligus menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat miskin perkotaan.

Program yang dipresentasikan MSS berfokus pada Kelurahan Keramasan, Kecamatan Kertapati, Kota Palembang—wilayah padat penduduk dengan angka kasus TBC tinggi. MSS menekankan bahwa eliminasi TBC tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan medis semata. Kesehatan, menurut mereka, harus dibarengi dengan pemulihan ekonomi. “Pasien TBC umumnya kehilangan pendapatan selama masa pengobatan. Kami ingin mengintervensi titik ini,” jelas Lufita Harianto, perwakilan MSS, saat presentasi.

Melalui program yang dirancang bersama para SDGs Hero dari CLP, MSS menghadirkan sistem aquaponik sebagai solusi alternatif berbasis komunitas. Sistem ini menggabungkan budidaya ikan lele dan tanaman sayuran seperti pokcoy dalam satu ekosistem sirkular. Program ini dikembangkan dari temuan lapangan yang menunjukkan mayoritas pasien TBC bekerja di sektor informal dengan pendapatan di bawah Rp1 juta per bulan. Sistem aquaponik ini hanya butuh lahan sempit dan waktu panen cepat: 2–3 bulan untuk lele, dan 30–40 hari untuk sayuran.

BACA JUGA:Tabel Pinjaman Bank BSI untuk PNS dan PPPK Juli 2025: Cicilan Ringan, Plafon Hingga Rp500 Juta

BACA JUGA:Jangan Ketinggalan, Klaim Saldo DANA Kagetmu Hari Ini, 1 Juli 2025

Forum nasional ini menjadi panggung MSS untuk membuktikan bahwa pendekatan kesehatan berbasis komunitas dapat berjalan beriringan dengan upaya peningkatan ekonomi. “Kami ingin menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi bisa paralel dengan pemulihan kesehatan. Bukan hanya menyembuhkan tubuh, tapi juga menghidupkan kembali penghasilan,” ujar Lufita, kepada koran ini (29/6/2025).

Konferensi ini tak hanya dihadiri oleh peserta CLP, namun juga diramaikan oleh institusi strategis, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Ditjen Dikti, Bappenas, sektor swasta seperti PT. Pupuk Indonesia dan PT. Kaltim Prima Coal, serta tokoh-tokoh nasional. Peluncuran prosiding CLP juga dilakukan pada momen ini, termasuk laporan praktik baik dari mahasiswa CLP Batch 9 yang magang di MSS.

Dalam sambutan para pejabat, ditegaskan bahwa solusi lintas sektor—kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi—menjadi kunci percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kolaborasi antara organisasi akar rumput seperti MSS dan pemuda melalui CLP menjadi contoh sinergi yang patut direplikasi.

Selain presentasi prototipe, forum ini juga menghadirkan diskusi tematik, panel interaktif, serta perumusan rekomendasi kebijakan yang berangkat dari aspirasi pemuda. MSS melihat forum ini sebagai kesempatan memperluas kolaborasi sekaligus menyuarakan tantangan komunitas rentan langsung ke hadapan pengambil kebijakan nasional.

BACA JUGA:10 Universitas Terbaik Indonesia Juli 2025 Versi QS World University Ranking

BACA JUGA:RESMI BANGKIT! Toyota Kijang Super 2025 Membangkitkan Industri Otomotif dengan Identitasnya Sebagai Raja MPV

MSS bukan pemain baru dalam isu TBC. Selama ini mereka telah mendampingi lebih dari 700 pasien TBC aktif di 8 kabupaten/kota di Sumsel. Dengan pendekatan holistic recovery, MSS menggabungkan intervensi medis, bantuan ekonomi, dan dukungan psikososial bagi pasien dan keluarga penyintas.

Dengan semangat gotong royong dan keberpihakan pada warga marginal, MSS menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan hanya bisa berhasil bila komunitas dilibatkan sejak tahap awal. “Inovasi lokal harus didukung sistem nasional. Kami ingin program seperti aquaponik ini tidak hanya bertahan sebagai prototipe, tapi menjadi model replikasi di seluruh Indonesia,” tutup Lufita.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan